Selasa, 01 November 2011

di sudut cangkirmu aku mencumbu

"kalau bisa, aku ingin selalu bersamamu (utuhnya dirimu) di mana pun aku hidup."

seberapa besar kebahagiaan yang kita peroleh selama kita berjalan?
apakah memang itu pertanyaan yang seharusnya muncul? sama saja dengan mengatakan sesering apa kita merasa bahagia ketika bersama.

keyakinan awal yang tumbuh di antara kita adalah tidak.
bukan bahagia sebagai pencarian.
bukan pula berarti sengaja mencari penderitaan.
kamu-aku tahu, banyak jalan yang telah ditapaki, sebanyak daun yang berguguran ketika musim berganti.
apakah waktu berjalan dua kali lipat?
karena cerita seperti terlipat
nisbi.

tidak cukup banyak hal yang telah terlalui dapat kuingat
namun bukan berarti tak cukup jelas kau terlihat.

pandanganku cenderung lurus, tak acuh pada ranting-ranting tajam yang menusuki telapak
pun pada daun-daun yang beterbangan
pada petak waktu yang berlompatan kabut sesekali tiba
menyelimuti pandangan dan rerumputan
aku tidak takut, walaupun tak ada sesuatu yang bisa kulihat
kamu selalu menggenggamku,
erat
dan aku pun enggan melonggarkannya barang sedikit
tak ada kerelaan sedikitpun untuk melakukannya.

dibalik kelopak mataku terlukis jelas garis-garis cantik wajahmu.
tak pernah bosan kunikmati
terlebih sorot matamu yang bidadari

apa yang bisa kamu ambil, ambillah.

aku tak mampu, kamu lebih dahulu memberikan semua yang ada pada dirimu.
pada jarak ini kita selalu bersama,
tanpa selinap suara.