Sabtu, 18 Januari 2014

tempat tinggal sahabat

hey mama, hari ini tidak kemana-mana?

seharusnya sih pergi ke acara Muludan. tapi tidak jadi.

loh kenapa? biasanya semangat pergi ke acara semacam itu.

cuma tidak enak perasaan, seharian ini bapak menangis.

hah? menangis? karena kakinya yang sakit? bapak belum pergi ke rumah sakit lagi?

bukan, sudah beberapa hari ini sakitnya tidak hanya kaki. tapi sampai ke hati. sebagai kakak sulung dari beberapa adiknya, sudah sangat lama bapak tidak bertemu mereka. apalagi sekarang dengan kondisi bapak yang begini. walaupun mereka semua sudah diberi kabar, tapi sampai saat ini tidak ada satupun yang datang. padahal kalau mau berprasangka buruk, kami di sini tidak akan meminta sepeserpun biaya berobat bapak pada mereka. mama juga masih mampu! yah, walaupun kamu mungkin bisa mengerti bahwa bapak sebegitu dingin dan cuek pada segala hal rumah tangga, tapi biar begitu melihat bapak sakit hati seperti ini mama juga tidak tega dan ikut sedih. mama tidak mengerti dengan apa yang dipikirkan adik-adiknya bapak!

sabar ya ma, mama memang selalu baik hati, semoga bapak cepat baik.

terimakasih ya.

---------
hari ini kamu mencuci? tumben rajin.

sesekali boleh saja! lagipula kamu pikir siapa yang akan mencuci segunung tumpukan pakaian ini?! adikku Ridwan?

hahaha, tentu saja tidak, tapi bukan tidak mungkin juga. walaupun adikmu tetap sangat manja di usianya yang sudah kelas empat Sekolah Dasar, bukan berarti dia tidak bisa mencuci bukan? mungkin kakaknya saja yang tidak bisa mengajarkannya.

jangan mengolok-olok deh, kamu tahu dan dengar sendiri tadi kan. aku kasihan pada mama. walaupun dulu bapak tidak begitu jadi suami yang baik baginya, tapi di saat begini mama justru mengabdikan dirinya sebagai istri yang baik. dan akupun mengakui, meskipun bapak adalah tiri bagiku tapi aku pun cukup menghargainya. apalagi dengan kondisinya yang sekarang. aku cukup mengerti perasaannya.

ya, sampai saat ini belum ada satupun keluarga bapak yang datang menengok?

belum. kalau kamu tahu, dulu saja ketika mereka susah, mereka datang kemari meminta pertolongan. bilangnya mengandalkan sesama keluarga. apalagi masalah keuangan. dan memangnya selama ini yang memegang perekonomian rumah tangga bapak? kamu tahu sendiri, semuanya selalu dari mama. bapak hanya seorang pensiunan yang entah masih memiliki uang pensiun apa tidak, aku tidak peduli. dan mama selalu berbaik hati menolong mereka. ya, jangankan mereka yang bisa dikatakan sebagai adik ipar. pada anaknya bapak dari istri sebelumnya pun mama sangat perhatian dan tidak hitung-hitungan dalam menolongnya! kamu lihat sendiri kan, mama memberikan sebagian rumah ini untuk ditinggali olehnya dengan istri dan dua anaknya. dan baru-baru ini aku tahu, bahwa hal itu mungkin sementara selama kakak tiriku itu membangun rumahnya sendiri. kamu tahu rumah barunya itu?

tidak.

beberapa hari ini mulai banyak tamu yang datang saat siang, seorang, dua orang, tua, tengah baya, sempat seorang ibu.

lalu? kaitannya dengan rumah kakak tirimu?

semua orang itu menawar sawah mama. mereka ingin membelinya. dan semuanya mama tolak. saat kutanya mengapa mama hanya menjawab sederhana saja. uangnya untuk apa, lagipula banyak orang yang kesusahan membeli beras untuk makan, kita seharusnya bersyukur tidak pernah susah karena tidak perlu membeli beras bahkan bisa memberi. itu semua dari sawah yang mereka tawar. begitu.

gerimis mulai turun, kamu yakin akan tetap menjemur semua hasil cucianmu?

ah, iya. cuaca belakangan ini memang tak tentu, sebentar hujan sebentar cerah. mungkin kali ini pun begitu. biar saja. bantu aku.

waw, cukup berat ternyata, ugh..lalu rumah kakakmu...

oh iya, kamu tahu di mana itu? di tanah sawah yang tadi kubicarakan itu.

maksudmu..mama menolak semua tawaran pembelian dari orang-orang tak dikenal itu karena diberikan pada kakakmu?

tepatnya bukan memberikan begitu saja sih, tetapi meringankan. orang-orang yang menawar sawah itu menyebutkan harga yang pantas kurasa. dan mama tidak tergiur sama sekali dengan jumlah nominalnya. kakakku diperbolehkan membeli tanah sawah itu secukupnya tidak semua, namun dengan harga yang sangat jauh dari jumlah yang ditawarkan orang-orang itu. bahkan, mama sendiri yang menawarkan harga rendah itu. tadinya, jika mama tidak melihat aku sebagai anak kandungnya, tanah untuk kakakku itu akan diberikan secara cuma-cuma. menurutnya, selama ia mampu menolong mengapa tidak ia lakukan.

wah..mamamu pasti sangat menghargai bapak ya. sebaiknya minta tolong saja pada kakakmu itu untuk memanggilkan paman dan bibinya untuk menjenguk bapak. dia sudah tahu kondisi ini kan?

sudah dicoba, tetap tidak ada kabar balasan. nah, terimakasih sudah membantu menjemur, jadi cepat selesai. kau mau kubuatkan kopi?

tentu saja. sekalian kuperbaiki anti virus di laptopmu ya. sepertinya sudah kadaluarsa. hahahaha.

ya, ya, ya, sesukamu. lagipula aku tidak mengerti. hahahaha.
ini, silakan.

terimakasih. lalu, kapan kakakmu itu akan membangun rumahnya?

entahlah, kurasa masih lama. aku inginnya segera. jadi agak tidak nyaman bersinggungan dengan istrinya. haaaahh...entahlah.

memangnya istrinya kenapa? cemburu padamu? hihihihi.

cemburu iya, tapi jelas bukan padaku. dan menurutku, orang sopan-santun berbahasa itu seharusnya tidak sulit melakukannya. walaupun aku juga benci dengan semacam basa-basi, tapi kalau memang itu berguna dan bernilai rasa terimakasih kenapa tidak?! lagipula hanya bicara saja!

kamu benar-benar sedang capek ya, daritadi suaramu meninggi terus. nikmati kopinya, merokok juga biar lebih tenang.

bayangkan saja cucian kotor sebanyak dua ember besar. tentu saja capek! aku tidak tahu, akhir-akhir ini aku sering tertekan oleh segala masalah dalam rumah. entahlah, aku hanya merasa empati pada mama. kadang memikirkan itu semua langsung mendorong tenggorokanku untuk bertekanan lebih. oohh...aku harus bagaimana....

hey, jika saja saudara-saudara bapakmu itu tidak datang menjenguk, membuatnya menangis dan semakin memberatkan mama hingga mama ikut menangis. itu bukanlah tanggung jawabmu. semua kebaikan mama pada siapapun dan membuat kakak tirimu kini tinggal di rumah yang istrinya ternyata cukup membuatmu tak nyaman adalah bukan resikomu. itu adalah bagian yang harus kamu jalani sebagai anak mama. aku mengerti kamu. memang kamu itu sangat mirip mamamu. hehehe, sedikit lucu juga sih. terlalu banyak mengkhawatirkan orang tapi jadi berantai.

maksudmu?

ya, mama menangis karena bapak, mama baik hati dan kelanjutannya menimpamu, kau kesal karena sesuatu yang membuat mamamu menangis tapi kebingungan akan sosok yang bisa disalahkan. kau mencuci badanmu lelah dan ketika mencuci kau bersinggungan dengan istri kakak tirimu yang sikapnya menambah perasaan campur adukmu itu semakin tak tentu.

kau tidak membuat perasaanku membaik tahu!

aku tahu, setidaknya aku membantumu. dan sepertinya kita harus mengangkat semua cucianmu kembali.
hujan sudah turun, bukan lagi gerimis.

....
....
.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar